BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa,
bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik
untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik (Isjoni, 2007: 11).
Dalam
melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan beberapa
metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan suatu metode dapat
ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan
beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan
suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang
lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa
senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara
koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Model
pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya
satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share
(TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang
lain (Lie, 2005:57).
- Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.
Apa
pembelajaran kooperatif ?
2.
Bagaimana
sintaks pembelajaran kooperatif think
pair share ?
3.
Bagaimana implementasi
kooperatif think pair share pada
pembelajaran ?
- Tujuan Pembahasan
Berdasarkan
pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.
Untuk
mengetahui apa pembelajaran kooperatif
2. Untuk mengetahui bagaimana sintaks pembelajaran
kooperatif think pair share
3.
Untuk
mengetahui bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang dikemukakan oleh Johnson
& Johnson (dalam http://www.WordPress.com),
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Sedangkan Lie (2005)
menyebutkan model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Model
pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran (student
oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan
memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
maksimal. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya, (a) siswa bekerja dalam kelompok
kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok
diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c)
jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku,
budaya, dan jenis kelamin, (d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada
kelompok daripada individu. (http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.htm).
Pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam
kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar
siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku
sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi
karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi
memperoleh pengetaghuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang
teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan
pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan,
dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Dalam
pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat
orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan.
Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu
dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
dimiliki.
Ada
tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Prestasi akademik
a. Prestasi akademik
Pembelajaran
kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa berkemampuan tinggi maupun
rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat
keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
b. Penerimaan terhadap keanekaragaman
b. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen
yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan siswa untuk
mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran
kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama
sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa
ketika mereka
Keuntungan
guru menggunakan pembelajaran kooperatif
ialah dapat menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara
konvensional yaitu camah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang
memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva
model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan
lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa
terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain
yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill siswa.
B.
Model
Pembelajaran Think Pair Share
Model
pembelajaran think pair share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
berbasis pembelajaran diskusi kelas.
Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari
Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur yang secara ekplisit
dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling
membantu satu sama lain. Melalui cara seperti
ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koooperatif. (http://www.WordPress.com)
Pembelajaran dengan think pare ini akan memberikan
variasi tersendiri dalam lingkungan belajar siswa. Silberman
(2009: 151) mengemukakan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengembangkan
belajar yang aktif adalah memberikan tugas belajar yang diselesaikan dalam
kelompok kecil siswa. Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu
sama lain dan berupaya bertukar ide dalam kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua
siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan
jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu
saja yang menjawab.
Think Pair Share
membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu
sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur dan tingkah lakunya
menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke
mitranya. Think Pair Share
meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yamg
diingat siswa. Dengan Think Pair Share
siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang
tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih
besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan
berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru,
tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.
Model pembelajaran think
pair share ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk
meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan
sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009: 161) menyebutkan istilah ”dua
kepala tentu lebih baik daripada satu”. Langkah- langkah dalam Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share
sebagai berikut.
a. Langkah
1, yaitu berfikir (thinking)
Guru mengajukan
suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta
siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau
masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan
berfikir.
b. Langkah
2, yaitu berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan
dapat menyatukan gagasan masing- masing siswa. Secara normal guru memberi waktu
tidak lebih 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah
3, yaitu berbagi (sharing)
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan- pasangan untuk
berbagi dengan kelompok berpasangan keseluruhan kelas. Hal ini efektif baik
untuk guru maupun siswa untuk mengetahui
ide- ide dari pasangan, dan kegiatan sharing
ini dilanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat hasil dari yang
didiskusikan untuk dilaporkan atau dipresentasikan.
Pada implementasinya, masing- masing model pembelajaran tentu memiliki kelebihan
dan kekurangan. Lie (2005: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah 1) akan
meningkatkan pasrtisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih
banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4)
interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain
itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Adapun kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak
(Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak
kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul,
dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
Para
ahli berpendapat
bahwa ada beberapa manfaat pentingnya menggunakan TPS sebagai berikut:
Jones
(2002) menyatakan bahwa TPS membantu mengkonsturkan diskusi, dalam TPS siswa
mengikuti proses yang telah ditentukan sehingga membantu siswa salam
memfokuskan pikiran dan perilaku pada masalah yang sedang didiskusikan. Gunter, dkk (1999)
berpendapat bahwa TPS dapat meningkatkan pastisipasi dan meningkatkan
banyaknnya informasi yang dapat diingat siswa. Melalui TPS siswa saling belajar
dan berupaya bertukar pikiran dan rasa percaya diri sebelum mengemukakan idenya
ke kelaompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua
siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena mereka sudah
memikirkan jawaban atas pertanyaan guru.
Susilo
(2005: 117) mengatakan bahwa TPS meningkatkan lamanya “time on task” dalam
kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi. Siswa dapat
mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka. Melalui TPS siswa dapat merasakan saling
ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain. Mampu
menjunjung akuntabilitas individu karena mereka saling berbagi ide dalam
kelompok maupun antar kelompok atau seluruh kelas. Mempunyai kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dan seyogyanya idak ada siswa yang mendominasi. Interaksi antar
siswa cukup tinggi karena akan terlibat secara aktif dan sengaja berbicara atau
mendengarkan.
C.
Implementasi Think
Pair Share
Pembelajaran
think pair share merupakan
pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model
pembelajaran think pair share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran
kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam
kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar
siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku
sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi
karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi
memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang
teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan
pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan,
dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Pembelajaran
Kooperatif tipe think pair share
mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing),
dan tahap berbagi (sharing). Sebelum
memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa
berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal
ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan
adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang
lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam kelompok berpasangannya.
Pada
kegiatan inti, guru menerapkan think pair
share kepada siswa. Pada tahap think,
guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang
media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit.
Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari jawaban siswa ketika ditanya oleh guru
mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKK dengan cara berdiskusi bersama teman sebangkunya
atau pasangannya, tahap ini disebut pair.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi
kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan
gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan
pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran.
Tahap
selanjutnya adalah share atau
berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil
diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban
teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih
siswa berani mengeluarkan pendapat dan
berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
(Tim Penyusun, 2006:60) yaitu peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar
untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah
dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru berupa “smile”. Siswa yang mendapat “smile” terbanyak
menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah inat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada
kegiatan inti, guru menerapkan think pair
share kepada siswa. tahap think,
guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang
media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit.
Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari jawaban siswa ketika ditanya oleh guru
mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi bersama teman sebangkunya
atau pasangannya, tahap ini disebut pair.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi
kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan
gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan
pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran.
Tahap
selanjutnya adalah share atau
berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil
diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban
teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih
siswa berani mengeluarkan pendapat dan
berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
(Tim Penyusun, 2006:60) yaitu peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar
untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah
dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru berupa “smile”. Siswa yang mendapat “smile” terbanyak
menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah inat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Motivasi
belajar memang diperlukan dalam pembelajaran. Terkait dengan motivasi belajar, Nasution ( 1993:8)
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
siswa untuk belajar. Selain pemberian reward, guru juga memiliki cara
tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru memberikan permanian-
permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran think pair share ini. Pada siklus I ini guru memberikan permaian ”ayo mencari jalan” dan ”acak kata”.
Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk mengungkapkan kesimpulan pembelajaran.
Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru memberikan soal evaluasi,
berupa soal subyektif. Siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan
pembelajaran. Hal ini untuk memberikan saran pada guru agar pembelajaran
selanjutnya lebih baik.
BAB III
KESIMPULAN
Penerapan
model pembelajaran think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan model pembelajaran think pair share pada setiap pertemuan
mengalami perubahan materi pokok dan variasi kegiatan, maksudnya adalah adanya
variasi media pembelajaran yang digunakan dan adanya permainan – permainan
untuk menunjang pembelajaran think pair
share.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat
dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang berasal dari gabungan nilai
individu dan kelompok.
Saran
Adapun saran yang diberikan penulis
adalah sebagai berikut. Bagi siswa sebaiknya siswa meningkatkan aktivitas
membaca, sehingga mempermudah dalam menghafal dan memahami materi IPS.
Tingkatkan pula rasa percaya diri, agar selalu aktif mengikuti pembelajaran.
Sedangkan saran bagi guru adalah
hendaknya guru bisa menerapkan
model pembelajaran think pair
share. Agar siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi masalah
sosial dan pemecahannya.
DAFTAR RUJUKAN
Isjoni. 2010. Cooperative
Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi
Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Saukah, Ali dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Tim penyusun. 2006. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan.
Trianto. 2010. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Boleh tau judul pbuku pembelajaran think pair share??
BalasHapusBoleh tau judul buku pembelajaaran think pair share sama penulisnya?
BalasHapusSaya mengambil dari beberapa sumber antara lain: Anatahime. 2009. Think Pair Share. http://www.WordPress.com.think pair share/think-pair-share.html
HapusIsjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. 2005.Cooperatif Learning: Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.