BAB I
KONDISI FISIK WILAYAH
INDONESIA
A.
Letak Geografis dan Astronomis Indonesia
1.
Letak Geografis
LEtak geografis adalah letak suatu tempat atau wilayah atau negara
berdasarkan kenyataan di permukaan bumi atau letak ditinjau dengan
daerah-daerah di sekitarnya. Secara geografis, wilayah Indonesia terletak di
antara dua benua, yaitu Benua Asia (di utara khatulistiwa) dan Benua Australia
(di selatan khatulistiwa) serta di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia
dan Samudera Pasifik. Adapun pengaruh letak geografis, antara lain: Indonesia
beriklim muson atau musim, wilayah Indonesia berada pada posisi silang dan
strategis bagi jalur transportasi antarbenua sehingga berpengaruh terhadap
kebudayaan nasional, baik negatif maupun positif.
BerdasaRkan
gambar di atas dapat diketahui bahasa dilihat secara geografis, wilayah
Indonesia terletak pada posisi yang strategis dan menguntungkan karena beberapa
alasan sebagai berikut:
a.
Letak
Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia.
b.
Letak
Indonesia di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Ditinjau dari sudut ekonomi, letak geografis Indonesia dapat mendatangkan
keuntungan karena kapal dari Asia Timur yang berlayar menuju Asia Selatan,
dilanjutkan ke Eropa, begitu juga sebaliknya, sebagian besar melalui Wilayah
Indonesia. Demikian juga kapal dari Australia yang menuju arah utara atau
barat. Kapal dari samudera Pasifik menuju Samudera Hindia juga melalui perairan
Indonesia. Letak Indonesia tersebut berada pada posisi silang sehingga
merupakan persimpangan jalur lalu lintas internasional, baik lalu lintas
ekonomi dan perdagangan maupun jalur pertukaran budaya.
Beberapa keuntungan yang diperoleh berdasarkan letak geografis
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra
memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara
maupun laut.
b. Indonesia sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia,
antara perdagangan negara-negara industri dan negara-negara yang sedang
berkembang. Misalnya antara Jepang, Korea, dan RRC dengan negara-negara di
Asia, Afrika, dan Eropa.
Karena letak geografisnya pula
INdonesia mendapat pengaruh berbagai kebudayaan dan peradaban dunia, serta
secara alami dipengaruhi oleh angin musim. Sekitar bulan Oktober-April angin
bertiup dari Asia ke Australia yang membawa banyak uap air dari Samudra Pasifik
sehingga menimbulkan musim hujan. Sekitar bulan April-Oktober angin bertiup
dari Australia ke Asia yang sedikit membawa uap air dari Samudra Hindia
sehingga menimbulkan musim kemarau.
Pengaruh musim tersebut di atas
menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris terkemuka. Pertanian di Indonesia
maju pesat dan banyak menghasilkan beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan,
karet, kopi, gula, tembakau, dan lain-lain yang sangat berguna bagi kemakmuran
dan keberlangsungan penduduk Indonesia, secara ekonomi pun menjadi peluang
untuk berperan serta dalam perdagangan internasional.
Letak geografis Indonesia
mempunyai pengaruh terhadap aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek budaya.
a. Pengaruh aspek ekonomi
Sebagai bangsa
yang hidup di wilayah persimpangan kegiatan perekonomian dunia, Indonesia tentu
akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Keikutsertaannya akan memberi dampak
yang positif bagi negara dalam rangka meningkatkan prokdutivitas ekonomi dan
menambah sumber-sumber pembiayaan bagi pembangunan nasional.
b. Pengaruh sosial
Letak Indonesia
berpengaruh juga terhadap bidang sosial. Letaknya yang strategis memudahkan
bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa-bangsa lain sehingga proses
interaksi sosial lebih dinamis.
c. Pengaruh kebudayaan
Wilayah
Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kondisi tersebut melahirkan
keanekaragaman bahasa, suku, agama, dan kebudayaan. Keragaman tersebut menjadi
kekhasan dan daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak luar serta memperkaya
kebudayaan nasional.
2.
Letak Astronomis
Letak astronomis adalah letak
suatu wilayah dipandang dari kedudukan garis lintang dan garis bujur. Letak
wilayah Indonesia dari segi astronomis adalah di antara 6ºLU-11ºLS dan antara
95º BT- 141ºBT. Berdasarkan letak tersebut, Indonesia memiliki iklim tropis.
Dengan posisi wilayah Indonesia berada di antara garis lintang dan garis bujur,
maka wilayah Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa. Garis khatulistiwa adalah
garis khayal keliling bumi, terletak melintang pada nol derajat yang membagi
bumi menjadi dua belahan yang sama, yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi
Selatan. Beberapa tempat atau wilayah Indonesia yang dilewati oleh garis
khatulistiwa antara lain Bonjol (Sumatra Barat), Pontianak (Kalimantan Barat),
Tambu (Sulawesi Tengah), dan Halmahera (Maluku).
Letak astronomis wilayah
Indonesia sangat berpengaruh terhadap keadaan iklim yang sangat menguntungkan,
seperti cukup mendapat air hujan, cukup memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun,
dan angin yang bertiup rata-rata berkecepatan sedang. Suhu udara pun tidak
terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Suhu udara rata-rata di
Indonesia sebesar 26ºC menyebabkan beberapa hal berikut ini:
a.
Terjadinya hujan zenithal,
yaitu hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang mengandung uap air ke
angkasa secara tegak. Selanjutnya, mengalami kondensasi karena pendinginan
temperatur akhirnya turun menjadi hujan. Naiknya udara tersebut karena adanya
pemanasan di atas permukaan bumi sehingga udara membumbung ke atas.
b.
Batu-batuan lebih cepat
melapuk.
c.
Adanya berbagai macam tumbuhan
dan hewan yang hidup di daerah tropis.
d.
Adanya sikap tertentu dari
penduduk untuk menghadapi suhu udara tropis seperti tecermin pada perumahan,
pakaian, dan mata pencaharian.
B.
Hubungan Posisi
Geografis Indonesia dengan Perubahan Musim di Indonesia
Posisi Indonesia secara
geografis sangat berpengaruh terhadap perubahan musim yang terjadi di
Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh-pengaruh
tersebut antara lain:
a.
Indonesia mendapat iklim muson
sehingga Indonesia mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau
setiap enam bulan berganti.
b.
Indonesia dilalui garis
khatulistiwa sehingga Indonesia mendapat panas sepanjang tahun. Selain itu,
tingkat penguapan di Indonesia cukup tinggi.
c.
Indonesia mendapat iklim laut
yang lembap.
1.
Angin Muson
Angin muson merupakan angin yang
berhembus setiap enam bulan sekali. Angin ini terjadi karena adanya perbedaan
pemanasan bumi antara belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Secara
geografis, Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia. Perbedaan
tekanan udara di kedua benua tersebut mengakibatkan terjadinya angin muson.
Angin muson yang berasal dari Asia disebut angin muson barat, dan angin muson
yang berasal dari Australia disebut angin muson timur.
a.
angin muson barat
Angin muson barat terjadi pada bulan
Oktober - Februari. Hal ini
dikarenakan
pada 23 September sampai dengan 21 Maret, matahari tepat berada di bumi selatan
sampai pada garis lintang 23 LS tepat pada 22 Desember. Letak matahari tersebut
menyebabkan intensitas penyinaran matahari di benua Australia lebih tinggi
daripada di Benua Asia sehingga suhu udara di Australia maksimum dan di Asia
minimum. Dengan demikian, tekanan udara di Asia menjadi tinggi dan di Australia
menjadi rendah, karena angin selalu bertiup dari tekanan udara yang tinggi ke
tekanan udara yang rendah maka bertiuplah dari Asia ke Australia melalui
Indonesia. Angin ini melalui Lautan Teduh (Hindia) dan Samudera Pasifik yang
luas, sehingga angin ini mengandung banyak uap air. Akhirnya, terjadilah hujan
di sebagian besar wilayah Indonesia.
b.
angin muson timur
Angin
ini disebut juga angin muson tenggara dan bertiup pada bulan April sampai
dengan Agustus. Hal ini karena mulai 21 Maret sampai 23 September kedudukan
matahari tepat berada di utara sampai garis lintang 23LU pada 21 Juni. Intensitas sinar matahari lebih tinggi di
Benua Asia daripada di Benua Australia. Akibatnya, di Asia tekanan udara rendah
dan di Australia tekanan udaranya tinggi. Akhirnya, bertiuplah angin
dari Australia menuju Asia. Karena melewati stepa dan sabana (padang rumput)
yang luas, angin ini tidak membawa uap air sehingga sebagian wilayah Indonesia
mengalami musim kemarau.
2.
Faktor Penyebab
Terjadinya Perubahan Musim di Indonesia
Perubahan musim di Indonesia terjadi
karena adanya perbedaan pergerakan angin untuk wilayah-wilayah tertentu. Pola
pergerakan angin muson (angin musim) adalah sebagai berikut:
Pola angin musim terjadi karena
adanya pergeseran matahari antara 23 September - 20 Maret berada di Belahan
Bumi Utara (BBU) dan antara 21 Maret sampai dengan 22 September berada di
Belahan Bumi Selatan (BBS).
Pola angin muson
timur laut membelok menjadi pola angin muson barat laut setelah melewati
khatulistiwa pada bulan September sampai Maret saat matahari berada di BBS.
Berdasarkan gambar di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pada 23 September - 20 Maret
pergerakan semu matahari berada di atas BBU.
b.
Suhu udara rata-rata tinggi
sehingga udara di BBS lebih rendah daripada di BBU. Hal tersebut mengakibatkan
bergeraknya arus angin musim dari BBU ke BBS.
c.
Arah angin muson tersebut
menurunkan banyak hujan sehingga pada bulan tersebut hampir seluruh wilayah
Indonesia, turun hujan.
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Pada 21 Maret - 22 September
pergeseran semu matahari berada di atas BBU.
b.
Suhu udara rata-rata tinggi dan
tekanan udaranya menunjukkan isobar di BBU lebih rendah daripada di BBS.
Akibatnya, bergerak arus angin dari BBS ke BBU.
c.
Arus angin timur, umumnya tidak
banyak menurunkan hujan sehingga di kepulauan wilayah Indonesia, umumnya
mengalamimusim kemarau.
Perbedaan antara musim hujan dan
kemarau terletak pada tiga
hal pokok, yaitu:
a.
Curah hujan di musim kemarau
dengan sendirinya lebih rendah daripada musim hujan.
b.
Arah angin pada musim hujan
bertiup dari arah barat laut karena angin yang berasal dari daratan Asia banyak
mengandung uap air. Arah angin pada musim kemarau bertiup dari arah tenggara karena
angin yang berasal dari daratan Australia kering.
c.
Waktu terjadinya musim penghujan
(terjadi bulan November-April), musim kemarau (terjadi bulan Mei - Oktober),
dan musim pancaroba. Istilah yang digunakan untuk masa peralihan antara musim
kemarau atau sebaliknya, berlangsung pada bulan April atau Oktober.
C.
Persebaran Flora dan Fauna
Pada zaman
glasial dimana sebagaian besar permukaan bumi masih menyatu, kawasan Indonesia
bagian barat masih menyatu dengan Asia dan kawasan Indonesia bagian timur
menyatu dengan Australia. Kondisi tersebut memudahkan terjadinya perpindahan
hewan-hewan Asia maupun Austraia untuk berpindah ke kawasan Indonesia.
Akibatnya setelah es mencair, Indonesia terpisah dengan Asia dan Australia, ada
kawasankawasan tertentu di Indonesia yang jenis-jenis flora dan fauna mirip
flora dan fauna yang ada di Asia dan Australia.
Kawasan yang
memiliki keragaman flora dan fauna yang mirip dengan yang ada di Benua Asia
disebut kawasan Asiatis. Kawasan Asiatis adalah kawasan Indonesia bagian barat
yang pada masa glacial menyatu dengan Asia. Kawasan ini berada di paparan
Sunda, meliputi pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Madura, dan Bali. Sementara
kawasan yang memiliki keragaman dan flora dan fauna mirip Australia disebut
kawasan Australis. Kawasan Australis merupakan kawasan Indonesia bagian Timur
yang pada jaman glasial menyatu dengan Australia. Kawasan ini menempati paparan
Sahul yang meliputi Papua dan kepulauan Maluku. Di antara kawasan tersebut, ada
kawasan yang dihuni oleh hewan dan tumbuhan yang merupakan tipe peralihan
antara Asia dan Australia.
Kawasan ini
disebut Australasiatis. Kawasan Australasiatis merupakan
kawasan Indonesia
bagian tengah yang pada zaman glasial tidak menyatu
dengan kedua benua tersebut. Peranannya relatif
dalam daerahnya
meliputi Sulawesi
dan kepulauan di Nusa Tenggara. Sehingga flora dan
fauna yang dijumpai
di kawasan ini umumnya merupakan jenis flora dan
fauna yang hanya
dapat ditemukan di Indonesia. Ketiga kawasan tersebut dipisahkan oleh garis
tanda yang disebut garis Wallace dan Webber. Garis Wallace memisahkan kawasan
flora dan fauna Asiatis dengan kawasan peralihan Australia. Sementara garis Webber
membatasi garis flora dan fauna Australasiatis dengan wilayah Australia.
1.
Persebaran Flora
Beberapa jenis tumbuhan ada yang
bersifat endemik, yaitu jenis tumbuhan yang hanya terdapat di Indonesia.
Tumbuhan di Indonesia juga menunjukkan gejala cauliflora, yaitu adanya
bunga dan buah pada batang dan dahan, serta tidak pada pucuknya. Misalnya
belimbing, durian, nangka, duku. Aneka ragam jenis flora (dunia tumbuhan) bisa
dijumpai di dalam hutan.
Menurut UU Pokok Kehutanan No. 5
Tahun 1967, hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pepohonan yang secara keseluruhan
merupakan persekutuan hidup alam hayati, alamlingkungannya, dan yang ditetapkan
oleh pemerintah sebagai hutan.
a.
Jenis hutan berdasarkan iklim, digolongkan
sebagai berikut.
1)
Hutan hujan tropis dengan
ciri-ciri
a)
pohonnya berdaun lebar,
b)
daunnya menghijau sepanjang
tahun,
c)
terdapat tumbuhan epifit,
lumut, palem, dan pohon
d)
panjat sejenis rotan.
2)
Hutan musim, terdapat di daerah tropis yang memiliki musim hujan dan kemarau.
Ciri-ciri hutan musim adalah:
a)
pohonya jarang,
b)
ketinggian pohon antara 12 - 35
meter,
c)
pada musim kemarau daunnya
meranggas dan musim
d)
penghujan bersemi.
3)
Hutan sabana atau savana, yaitu padang rumput yang diselingi pepohonan perdu. Hutan savana
atau sabana banyak terdapat di daerah tropis yang curah hujannya relatif
kurang. Di wilayah Indonesia, padang sabana banyak dijumpai di daerah Nusa
Tenggara.
4)
Hutan bakau atau mangrove, merupakan hutan khas di daerah pantai tropik. Keberadaan hutan
bakau sangat membantu mengamankan pantai dari bahaya abrasi, yakni pengikisan
lapisan tanah oleh gelombang laut. Kerusakan pantai disebabkan karena
menipisnya hutan bakau yang banyak ditebang manusia.
b.
Berdasarkan jenis pohon, hutan
diklasifikasikan:
1)
Hutan homogen, yakni hutan yang ditumbuhi hanya satu jenis tumbuhan saja.
Misalnya hutan pinus, hutan jati.Hutan ini dibuat dengan tujuan tertentu, misal
untuk penghijauan atau untuk industri. Hutan hasil reboisasi pada umumnya
termasuk hutan homogen.
2)
Hutan heterogen, hutan yang ditumbuhi
beranekaragam jenis tumbuhan. Hutan heterogen disebut juga sebagai hutan
belukar atau hutan perawan. Misalnya hutan tropis.
2.
Persebaran Fauna di Indonesia
Secara umum persebaran fauna di
Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.
Kelompok fauna Asiatis
(kelompok barat), adalah hewan yang berada di
wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Wilayah itu dulu dikenal sebagai
Paparan Sunda, yang merupakan bagian dari Benua Asia. Adapun jenis-jenis
hewannya antara lain badak, gajah, rusa, tapir, banteng, kerbau, kera, harimau,
babi hutan, dan sebagainya.
b.
Kelompok fauna Australis
Asiatis (kelompok tengah), merupakan campuran fauna
Asia dan Austalia, meliputi jenis hewan yang berada di wilayah Sulawesi, Nusa
Tenggara, dan Maluku. Wilayah kelompok tengah dan timur dipisahkan oleh Garis
Weber. Contoh jenis fauna ini antara lain anoa, babi rusa, komodo, burung
maleo, tarsius, dan lain-lain.
c.
Kelompok fauna Australis
(kelompok timur), merupakan kelompok hewan yang
berada di Paparan Sahul, meliputi wilayah Papua dan pulau-pulau kecil
sekitarnya. Contoh fauna di wilayah ini antara lain kanguru, walabi, koala,
burung cenderawasih, kakatua, kasuari, dan jenis burung berwarna lainnya.
3.
Jenis-jenis Fauna yang Dilindungi dan Upaya Pelestariannya
Banyaknya jenis satwa yang menjadi
korban perburuan manusia mengakibatkan jumlah populasi hewan tertentu mengalami
penurunan secara drastis, sehingga keberadaannya mulai terancam kepunahan.
Berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Nomor 134 dan 266 tahun 1931,
hewan yang dilindungi antara lain badak, tapir, kambing hutan, trenggiling,
kancil, burung dara laut, babi rusa, elang tikus atau alap-alap.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian
Nomor 421 Tahun 1970 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 327 Tahun 1972,
hewan yang dilindungi adalah harimau sumatra, harimau jawa, macan kumbang,
jalak bali, burung gosong, burung maleo, monyet hitam, kakatua, rusa bawean,
kanguru pohon, beo nias, ikan pesut, lumbalumba, musang. Untuk melindungi hewan
tersebut didirikan cagar alam dan suaka margasatwa, antara lain:
1.
Di Pulau Jawa
Cagar alam di Pulau Jawa, antara
lain:
1)
Cagar alam Ujung Kulon
melindungi badak, banteng, merak, rusa, dan buaya.
2)
Cagar alam Cibodas, Cianjur,
sebagai cadangan air karena wilayah tersebut curah hujannya sangat tinggi.
3)
Suaka margasatwa Baluran dan
Meru Betiri, Banyuwangi, Jawa Timur melindungi banteng, kerbau liar, harimau
jawa, dan rusa.
4)
Cagar alam Pangandaran,
melindungi banteng.
5)
Cagar alam Gunung Gede, Bogor,
melindungi kijang dan rusa.
6)
Cagar alam Pulau Dua,
melindungi burung laut.
2.
Di Pulau Sumatra
1)
Suaka margasatwa Gunung Leuser,
Aceh Utara, melindungi orang utan, badak, gajah, dan harimau Sumatra.
2)
Suaka Margasatwa Pulau Siberut,
Way Kambas, dan Gunung Sakinco, melindungi harimau, tapir, beruang, rusa, badak,
gajah sumatra.
3)
Cagar alam Limbo Pati, Sumatra
Barat, melindungi tapir dan siamang.
3.
Di Pulau Kalimantan
Cagar alam dan suaka margastwa
Tanjung Putting dan Kutai untuk melindungi orang utan, banteng, rusa sambar.
4.
Di Pulau Nusa Tenggara
Suaka margasatwa di Pulau Komodo dan
Pulau Rinca, melindungi komodo, kerbau liar, dan kuda liar.
5.
Di Pulau Sulawesi
Suaka margasatwa Dumoga Bone dan
Gunung Tangkoko di ujung utara Minahasa melindungi anoa, babi rusa, dan kuskus.
D.
Persebaran Tanah
Tanah adalah
lapisan atas bumi yang terbentuk dari pelapukan batuan induk (anorganik) dan
jasad tumbuhan, serta binatang yang mudah mati (organik). Akibat pengaruh
termperatur udara, angin, hujan, mengakibatkan batuan dan jasa makhluk hidup
menjadi lapuk, mineralnya terlepas sehingga terbentuklah tanah.
Jenis tanah
antara daerah satu dengan daerah lainnya berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh
batuan induk, curah hujan, penyinaran matahari, dan tumbuhan penutup tanah.
Berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Tanah vulkanik
Tanah vulkanik
adalah tanah hasil pelapukan abu vulkanis. Tanah vulkanik terdiri atas tanah
regosol dan tanah latosol.
a.
Tanah
regosol memiliki ciri-ciri seperti berbutir kasar, warna kelabu, memiliki kadar
organik yang rendah. Tanah regosol banyak terdapat di Pulau Sumatra, Jawa, dan
kepulauan Nusa Tenggara. Jenis tanah ini baik sekali untuk ditanami palawija,
tembakau, dan buah-buahan.
b.
Tanah
latosol memiliki ciri-ciri warna merah, kandungan bahan organik sedang,
bersifat asam. Tanah latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Minahasa, dan
Papua. Jenis tanah seperti ini cocok untuk ditanami padi, palawija, ketela,
karet, kopi, kelapa sawit, dan buah-buahan.
2. Tanah aluvial
Tanah aluvial
adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di daerah dataran rendah. Tanah
aluvial bercirikan warna kelabu, sifatnya sangat subur. Tanah aluvial banyak
terdapat di Sumatra sebelah timur, Jawa bagian utara, Kalimantan sebelah barat
dan selatan. Tanah aluvial cocok untuk tanaman padi, palawija, tembakau, tebu,
kelapa, dan buah-buahan.
3. Tanah organosol
Tanah
organosol terdiri dari tanah humus dan tanah gambut.
a.
Tanah
humus
Tanah humus
adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik, bersifat sangat subur. Tanah
humus berwarna kecokelatan. Tanah tersebut banyak dijumpai di Sumatra, Jawa
Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tanah humus baik untuk tanaman kelapa,
nanas, dan padi.
b.
Tanah
gambut
Tanah gambut
adalah hasil pembusukan yang kurang sempurna di daerah yang selalu tergenang
air, terutama di daerah rawa-rawa. Tanah gambut terdapat di pantai timur
Sumatra, Kalimantan Barat, dan pantai Selatan Papua. Tanah gambut kurang baik
untuk pertanian.
4. Tanah laterit
Tanah laterit
adalah tanah hasil pencucian sehingga kekurangan unsur hara, umumnya kurang
subur. Tanah laterit berwarna ke kuning-kuningan. Tanah laterit banyak dijumpai
di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Tanah laterit baik untuk kelapa dan jambu mete.
5. Tanah podzol
Tanah podzol
terbentuk karena suhu rendah dengan curah hujan tinggi. Tanah podzol kandungan
haranya rendah dan tidak subur. Warna tanahnya ada yang merah dan ada yang
kuning. Tanah podzol banyak terdapat di daerah pegunungan tinggi di Sumatra,
Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Tanah podzol, baik untuk
tanaman kelapa dan jambu mete.
6. Tanah litosol
Tanah litosol
adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen yang
baru terbentuk,
sehingga butirannya besar. Tanah litosol kandungan haranya sedikit. Tanah
litosol banyak terdapat di Pulau Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Maluku bagian selatan dan Papua. Tanah litosol kurang
subur, sehingga
hanya cocok untuk pohon-pohon besar.
7. Tanah kapur
Tanah kapur
adalah tanah hasil pembentukan pelapukan batuan gamping. Tanah kapur terdiri
dari mediteran dan renzina.
a.
Tanah
mediteran
Tanah
mediteran adalah tanah hasil pembentukan batu kapur keras dan batuan sedimen.
Tanah mediteran berwarna merah dan cokelat. Tanah mediteran terdapat di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara. Tanah
mediteran cocok untuk tanaman palawija, tembakau, jati,
dan jambu mete.
b.
Tanah
renzina
Tanah renzina
adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi. Tanah renzina berwarna hitam dengan sedikit kandungan haranya. Tanah
renzina banyak terdapat di daerah bergamping seperti di Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
BAB II
PENDUDUK INDONESIA
A.
Keadaan penduduk Indonesia
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya,
masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok ras, yaitu:
a.
Kelompok ras Papua
Melanezoid, terdapat di Papua/Irian, Pulau Aru,
Pulau Kai.
b.
Kelompok ras Negroid, antara lain orang
Semang di Semenanjung Malaka, orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.
c.
Kelompok ras Weddoid, antara lain orang
Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di
Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
d.
Kelompok ras Melayu
Mongoloid, yang dibedakan menjadi 2(dua) golongan.
1)
Ras Proto Melayu (Melayu
Tua) antara lain SukuBatak, Suku Toraja, Suku
Dayak.
2)
Ras Deutro Melayu (Melayu
Muda) antara lain Suku Bugis, Madura, Jawa, Bali.
Di samping kelompok ras di atas,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari kelompok warga keturunan Cina (ras
Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India, ras Kaukasoid, dan sebagainya
yang hidup berdampingan membaur menjadi satu warga negara Indonesia. Masyarakat
Indonesia tidak mengenal superioritas suatu ras dan tidak menganut paham
rasialisme. Salah satu perekat suku bangsa yang berbeda-beda di Indonesia adalah
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia.
B.
Pembagian Ras Penduduk Indonesia
Masyarakat Indonesia yang majemuk
terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis) yang masing-masing memiliki bahasa
dan adat istiadat serta budaya yang berbeda. Menurut hasil penelitian Hilderd Geertz,
Indonesia terdiri dari 300 etnis yang berbeda-beda. Adapun menurut penelitian
MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 etnis dengan kriteria pada
bahasa daerah, kebudayaan serta susunan masyarakatnya. Menurut penelitian Van Vollenhoven
yang menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi 19 lingkaran hukum
adat dengan berbagai suku bangsa (etnis) yang ada di dalamnya.
Robertson pada tahun 1977
mengemukakan pendapatnya bahwa kelompok etnik adalah sejumlah besar orang yang
memandang diri dan dipandang oleh kelompok lain memiliki kesatuan budaya yang
berbeda. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sifat-sifat budaya bersama dan
interaksi timbal balik yang terus menerus. Jika istilah ras berkaitan dengan
ciri-ciri fisik tubuh, etnisitas lebih berkaitan dengan karakteristik budaya
suatu kelompok tertentu. Karakterisrik budaya ini dibentuk dan dihasilkan oleh
perbedaan bahasa, agama, suku bangsa, kedaerahan, dan tempat lahir.
Hal yang membedakan antara etnis
yang satu dengan yang lainnya adalah perbedaan
bahasa (bahasa daerah) dan adat istiadat. Perbedaan adat istiadat menunjukkan
perbedaan kebudayaan yang nampak dari pola perilaku atau gaya hidup. Pola
perilaku orang Batak yang suka bicara terus terang, sehingga terkesan tegas dan
keras sangat berbeda dengan pola perilaku orang Jawa Tengah (khususnya Solo dan
Jogja) yang suka berbicara hati-hati penuh dengan sindiran secara halus
sehingga berkesan kurang tegas.
Secara rinci dapat diuraikan tentang
perbedaan antara etnis yang satu dan lainya, dalam hal:
a.
Perbedaan bahasa daerah.
b.
Perbedaan tata susunan
kekerabatan, misalnya ada yang menganut patrilineal, matriliniel, dan parental.
c.
Perbedaan adat istiadat,
misalnya dalam upacara perkawinan, upacara adat, hukum adat, dan lain-lain.
d.
Perbedaan sistem mata
pencaharian.
e.
Perbedaan teknologi, misalnya
bentuk arsitektur rumah/bangunan adat, peralatan kerja tradisional.
f.
Perbedaan kesenian daerah.
Adapun beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan bahasa dan adat istiadat adalah:
a.
Keadaan dan letak geografis
yang berbeda.
b.
Pemukiman penduduk yang
terpisah-pisah di pulau-pulau terpencil yang menghambat kontak dengan daerah
lain.
c.
Latar belakang sejarah yang
berbeda.
d.
Lingkaran hukum adat dan
kemasyarakatan yang berlainan.
C.
Kegiatan Ekonomi Penduduk Indonesia
Kegiatan
ekonomi meliputi semua bentuk kegiatan penduduk dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kegiatan ekonomi manusia bermacam-macam. Secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan ekonomi agraris dan kegiatan ekonomi nonagraris.
1.
Kegiatan Ekonomi Agraris
Kegiatan ekonomi agraris adalah
kegiatan ekonomi penduduk dalam memanfaatkan faktor-faktor alam, khususnya
dalam bidang pertanian; termasuk di
dalamnya adalah peternakan, perikanan,
perkebunan, dan kehutanan. Pada umumnya, kegiatan ekonomi agraris berpusat di
daerah-daerah pedesaan yang masih menyediakan lahan yang cukup luas.
Secara umum, pertanian atau
persawahan banyak diusahakan di daerah pedesaan Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Bali, dan sebagian Sulawesi. Akan tetapi, dari beberapa daerah tersebut, Pulau
Jawa merupakan pusat penghasil padi utama, hal ini dikarenakan kondisi alam di
Pulau Jawa sangat mendukung. Meskipun luas, lahan pertaniannya semakin
berkurang dari tahun ke tahun. Selain pertanian, kegiatan ekonomi agraris lain
yang diusahakan adalah perikanan darat, perkebunan, dan peternakan.
Di wilayah
Sumatra, kegiatan ekonomi agraris didominasi oleh tanaman perkebunan. Jenis tanaman
perkebunan utama adalah kelapa sawit, di samping teh, kopi, karet, dan beberapa
jenis buah-buahan. Perkebunan kelapa sawit di
Sumatra merupakan
yang terluas di Asia Tenggara. Pertanian padi diusahakan di daerah pedesaan,
sedangkan perikanan darat banyak diusahakan di danau, rawa-rawa, dan
sungaisungai besar dengan menggunakan sistem karamba. Adapun jenis ternak yang
diusahakan relatif sama dengan jenis ternak di Pulau Jawa.
Di wilayah
Kalimantan, kegiatan ekonomi agraris didominasi oleh hutan primer dan hutan
produksi. Keberadaan hutan di Kalimantan merupakan salah atu yang terluas di dunia, di dalamnya
tersimpan kekayaan flora dan fauna. Di
samping itu, kegiatan
ekonomi agraris lain adalah perkebunan (khususnya perkebunan kayu). Jenis
peternakan yang diusahakan relatif hampir sama dengan jenis peternakan di Pulau
Jawa, namun ada jenis peternakan yang unik dilakukan di Kalimantan, yaitu peternakan
jenis kerbau rawa. Adapun jenis perikanan darat banyak diusahakan di danau,
sungai, dan rawa-rawa.
Di wilayah
Papua, kegiatan ekonomi agraris masih didominasi oleh kegiatan kehutanan,
perkebunan sagu, dan sistem pertanian lahan kering (peladangan dan tegalan).
Jenis tanaman yang diusahakan oleh penduduk pada umumnya jenis sayuran, sagu,
umbiumbian, dan palawija yang digunakan sebagai bahan makanan pokok.
2.
Perindustrian
Industri adalah kegiatan memproses
atau mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan setengah jadi
menjadi barang konsumsi dengan
menggunakan sarana dan peralatan;
sedangkan perindustrian adalah segala sesuatu yang bertalian dengan
proses-proses industri. Perkembangan industri
di Indonesia kian meningkat dari tahun ke
tahun.
Perkembangan sektor industri ini
didukung oleh beberapa faktor, antara lain, ketersediaan sumber daya alam,
ketersediaan sumber daya manusia (tenaga kerja), ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai (air bersih, listrik, jalur transportasi, dan
komunikasi), potensi pasar yang besar, serta kemampuan dalam penerapan
teknologi.
3.
Perdagangan
Perdagangan adalah suatu kegiatan
jual beli (transaksi) barang dari produsen kepada konsumen. Berdasarkan luas
jangkauan pemasaran, perdagangan dapat dibedakan menjadi berikut ini.
1)
Perdagangan lokal; yaitu perdagangan yang berlangsung di sekitar kota atau daerah
tempat penjual atau produsen bertempat tinggal, misalnya penjualan dalam satu
kota atau dalam satu eks karesidenan.
2)
Perdagangan regional; yaitu perdagangan yang terjadi antarwilayah, misalnya dari satu
eks karesidenan ke wilayah eks karesidenan lain, atau dari satu provinsi ke
provinsi lain.
3)
Perdagangan nasional; yaitu perdagangan yang terjadi antarwilayah di dalam negeri dan
meliputi seluruh wilayah negara yang bersangkutan. Jika wilayah negara tersebut
berbentuk kepulauan (seperti Indonesia), maka akan terjadi perdagangan antarpulau
yang disebut dengan perdagangan intersuler.
4)
Perdagangan internasional; yaitu perdagangan yang terjadi antarbangsa di dunia. Dalam
perdagangan internasional dikenal istilah ekspor dan impor. Ekspor adalah
kegiatan perdagangan dalam menjual barang ke luar negeri, sedangkan impor
adalah kegiatan perdagangan dalam membeli atau mendatangkan barang dari luar
negeri.
Pusat-pusat perdagangan biasanya terdapat
di kota-kota, baik di kota kecamatan, kota tingkat II, ibukota provinsi, hingga
ibukota negara, tergantung ruang lingkup pemasarannya. Dalam hal ini,
pusatpusat perdagangan merupakan daerah-daerah yang merupakan simpul komunikasi
dan transportasi, baik darat, laut, maupun udara.
Perkembangan sektor industri ini
didukung oleh beberapa faktor, antara lain, ketersediaan sumber daya alam,
ketersediaan sumber daya manusia (tenaga kerja), ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai (air bersih, listrik, jalur transportasi, dan
komunikasi), potensi pasar yang besar, serta kemampuan dalam penerapan
teknologi.
4.
Jasa
Jasa merupakan aktivitas, kemudahan,
atau manfaat yang dapat dijual ke orang lain (konsumen) yang membutuhkannya.
Dalam perkembangannya, jasa memegang peranan penting karena dapat mendukung
kegiatan perekonomian dan kegiatan manusia pada umumnya. Bentuk-bentuk kegiatan
jasa, antara lain, jasa kesehatan, jasa hukum, jasa perbankan, jasa
transportasi dan perhubungan, serta jasa telekomunikasi. Seperti halnya perdagangan,
pusat-pusat kegiatan jasa pada
umumnya terdapat di kota-kota besar
sebagai simpul komunikasi dan transportasi.
Seiring dengan
kemajuan zaman, kegiatan jasa mulai berkembang di daerah-daerah, bahkan saat
ini kegiatan jasa sudah mulai merebak hingga ke pedesaan, misalnya dengan
adanya fasilitas BRI unit, ranting perum pegadaian, pelayanan kredit petani di
kelurahan, pelayanan warung telekomunikasi (wartel), pelayanan kesehatan, pos
keliling, KUD, dan sebagainya. Pemerataan pembangunan di sektor jasa ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menekan laju
urbanisasi.
info yang sangat bermanfaat sekali
BalasHapusterima kasih..
Hapusbaik skali bagi sya kalu d ksi msk indonesia sebagai negara yangf berada pada posisi persilangan dan strategis
BalasHapusterimah kasih annisa
iya.. itulah Indonesia. Terimakasih kembali Annisa..
BalasHapuslengkap.....
BalasHapusTerima kasih....
Hapusizin untuk membaca bang...terima kasih sebelumnya
BalasHapussilakan terimakasih
Hapuswaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh kerennnnnnnn bgt....................membantu tugas saya..soalnya belum ada buku
BalasHapusterimakasih telah mampir dan koment
Hapustrimakasi sngat lah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir
BalasHapus:)
Hapusterimakasih kembali
Hapus