MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MELALUI METODE PROBLEM
SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN KOTES 01 KECAMATAN GANDUSARI
KABUPATEN BLITAR
Erwin
Putera Permana
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mendeskripsikan penerapan metode problem solving dalam meningkatkan hasil
belajar dalam pembelajaran IPS bagi kelas IV SDN Kotes 01 Kecamatan Gandusari
Kabupaten Blitar, dan (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dalam
pembelajaran IPS bagi kelas IV SDN SDN Kotes 01 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.
Data dikumpulkan dengan pengamatan, observasi, dokumen, dan tes. Hasil
penelitian adalah: (1) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa melalui
penerapan metode problem solving, (2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa
melalui penerapan penerapan metode problem solving, dan (3) dari 33 siswa hanya
satu siswa yang belum tuntas setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama
dua siklus karena tergolong siswa lambat belajar.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran
IPS, Metode Problem
solving
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sagala, 2010: 3).
Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan harus
berkualitas artinya dalam pembelajaran siswa harus mengalami proses
pembelajaran secara efektif yang bermakna serta menunjukkan adanya tingkat
penguasaan terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan
pendidikan. Namun untuk memperoleh pendidikan berkualitas yang mampu
meningkatkan hasil belajar sulit ditemukan.
Pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah oleh
guru cenderung menggunakan pembelajaran klasikal (metode ceramah). Karena
dianggap lebih mudah dan tanpa banyak biaya. Dengan menggunakan metode ceramah
banyak sekali kelemahan-kelemahan antara lain siswa menjadi bosan, dapat
menimbulkan verbalisme, hanya mengandalkan hafalan, informasi yang disampaikan
mudah usang, siswa tidak bisa membentuk konsep dan kreatifitas sendiri, hanya
mampu berinteraksi satu arah saja yaitu melalui guru kepada siswa sehingga
siswa akan merasa dirugikan apabila guru selalu menggunakan metode ceramah
tanpa adanya variasi dalam pembelajaran. Hal ini yang terjadi di SDN Kotes 01.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa kurang aktif
dalam proses belajar mengajar IPS. Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran
IPS karena selama ini mata pelajaran IPS hanya dianggap sebagai mata pelajaran
hafalan saja dan kurang menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
Pembelajaran berpusat pada guru, metode mengajar kurang efektif, tidak
menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tidak menggunakan media
pembelajaran, siswa kurang diberi kesempatan untuk berkreatifitas, siswa tidak
diajak untuk menemukan konsep tetapi ditunjukkan konsep yang harus selalu
diingat, siswa mudah lupa dengan apa yang sudah diingat sebelumnya karena
pembelajaran terbatas pada kegiatan membaca buku atau mendengar penjelasan.
Akibatnya hasil belajar IPS sangat rendah yaitu dari 33 siswa, yang tuntas
belajar hanya 14 siswa dari kriteria ketuntasan 65.
Guru
seharusnya dapat menciptakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa agar
memiliki pola pikir konstruktif, kreatif dan memiliki kebebasan untuk menemukan
konsep sendiri sehingga konsep yang dimiliki siswa akan mudah diingat. Selain
itu guru juga harus dapat mengadakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred) karena semakin
seringnya keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk
mengalami proses belajar.
Pembelajarn dapat
efektif dan kreatif maka guru harus bisa menentukan suatu metode, kerena metode
adalah suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Fathurrohman, 2009: 55). Dengan
demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam
pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan
langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh
secara optimal. Semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar,
diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu,
fungsi metode pembelajaran tidak dapat diabaikan karena metode pembelajaran
tersebut ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran.
Ada berbagai macam
metode pembelajaran yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPS, salah satunya
adalah metode problem solving karena
metode ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: mengarahkan siswa dalam
berfikir ilmiah, kritis dan analitis serta siswa akan mampu bertindak aktif dan
mandiri dalam menghadapi dunia nyata.
METODE
Pendekatan
yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan desaian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak
sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen yang digunanakan dalam
penelitian ini antara lain tes, lembar observasi, angket dan dokumentasi. Peran
peneliti dalam penelitian ini sebagai perencana kegiatan, pelaksana kegiatan,
pengumpul data, menganalisis data, dan menyusun hasil laporan. Secara umum, pada siklus PTK terdiri atas: planning
(perencanaan), acting (tindakan), observing (pengobservasian),
dan reflekting (perefleksian). Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari peningkatan hasil
belajar siswa sebagai akibat penerapan metode problem solving.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di SDN Kotes 01 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian
atau saat penelitian ini dilangsungkan. Waktu penelitian dimulai dari
perencanaan penelitian, pengidentifikasian permasalahan penelitian, pembuatan
instrument penelitian, pembuatan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian,
pengumpulan data penelitian, pengolahan dan analisis data, dan penulisan
laporan penelitian. Sejak perencanaan penelitian hingga selesainnya penulisan
laporan penelitian ini, diperkirakan memerlukan waktu selama tiga bulan,
terhitung sejak bulan Februari sampai dengan bulan April 2011.
Prosedur Penelitian
Penelitian
yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan PTK merupakan proses berdaur (siklus) yang
terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflektion).
Berikut ini adalah model spiral penelitian tindakan kelas dari Arikunto (2007:
16)
Spiral
Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, 2007: 16)
Tahap-tahap Penelitian
Pada tahap
pelaksanaan ini dilakukan
sesuai PTK yang mengacu model spiral
penelitian tindakan kelas atau yang biasa disebut siklus. Kegiatan setiap siklus yaitu rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut ini
tahap-tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus penelitian.
Siklus I
Penjelasan bagan sebagai
berikut.
1)
Tahap perencanaan/rancangan
Dalam penelitian ini,
peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran. Peneliti melakukan observasi dan
melakukan wawancara kepada guru kelas, kemudian melakukan diskusi untuk dapat
menemukan masalah pembelajaran untuk mencari pemecahan masalah melalui PTK.
Setelah permasalahan pembelajaran teridentifikasi, peneliti menyusun rancangan
untuk menentukan langkah-langkah nyata yang akan dilakukan dalam tindakan.
Perencanaan tersebut meliputi penyusunan RPP dan membuat instrumen pengamatan
untuk membantu merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2)
Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, rancangan
metode dan RPP diterapkan. Rancangan tindakan menjelaskan langkah demi langkah
kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa sesuai dengan yang direncanakan.
Pada tahap ini guru memberikan stimulus-stimulus berupa pertanyaan agar siswa
mengungkapkan pemahaman materi.
3)
Tahap pengamatan
Pengamatan dilakukan pada
waktu tindakan sedang berlangsung sehingga pengamatan dan tindakan berlangsung
pada waktu yang sama. Pada tahap ini, observer dan guru melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung
4)
Tahap refleksi
Tahap ini untuk mengkaji
secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dilakukan evaluasi yang berguna untuk menyempurnakan tindakan
berikutnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat terpecahkan
secara optimal. Tujuannya adalah untuk menemukan perbaikan-perbaikan yang perlu
dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Dalam hal ini adalah
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Tahap-tahap ini berlaku juga untuk
siklus 1 dan siklus 2.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menjadi
instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan
melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti
ketika berhadapan dengan subjek penelitian. Sejalan dengan itu Akbar
(2008: 96) menyatakan bahwa meskipun peneliti berperan
sebagai instrumen penelitian yang dapat melakukan adaptasi aktif terhadap keadaan
subjek yang menjadi penelitian maka peneliti juga menggunakan instrumen
penelitian yang berupa pedoman observasi, dokumentasi, tes dan wawancara.
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi data hasil Hasil Belajar siswa dan data aktivitas siswa.
Secara terperinci, perolehan data dijelaskan sebagai berikut:
1.
Data penilaian Hasil
Belajar diperoleh dari skor tes pada akhir setiap siklus yang direncanakan.
2.
Data aktivitas belajar
siswa yang berupa keterampilan proses dan sikap diperoleh dari penilaian aspek
aspek kerjasama, aspek ide, aspek keaktifan dan aspek komunikatif yang diisi
selama proses pembelajaran.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kotes 01 Kecamatan
Gandusari Kabupaten Blitar. Peneliti
bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra peneliti yaitu guru kelas
sebagai pengamat (Observer) tindakan,
dan teman sejawat sebagai pengambil dokumentasi.
HASIL
Data yang diperoleh pada penilitian ini merupakan hasil pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga
kali pertemuan dengan alokasi pada setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Uraian
pada setiap siklus adalah sebagai berikut.
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Rekapitulasi
Data Data penilaian hasil pada Siklus I dalam Menggunakan Metode Problem Solving
Penilaian Hasil
|
Penilaian aktivitas siswa
|
Penilaian kerja kelompok
|
Nilai Hasil
|
||||
Pert 1
|
Pert 2
|
Pert 3
|
Pert 1
|
Pert 2
|
Pert 3
|
||
Rata-rata
|
57
|
63
|
63
|
64
|
66
|
69
|
69
|
Persentase
|
64
|
Pada tabel terlihat jelas
peningkatan aktivitas siswa dan kerja kelompok menggunakan metode problem solving. Dari penilaian
aktivitas siswa, pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata klasikal 57,
pertemuan kedua memperoleh nilai rata-rata klasikal 63 dan pertemuan ketiga
memperoleh nilai rata-rata klasikal 63. Dari penilaian kerja kelompok, pada
pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata klasikal 64, pertemuan kedua
memperoleh nilai rata-rata klasikal 66 dan pertemuan ketiga memperoleh nilai
rata-rata klasikal 69. Nilai hasil individu yang diperoleh nilai rata-rata 69
atau 64% siswa tuntas dari jumlah seluruh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar pemahaman konsep ekonomi lebih meningkat dari pra siklus yang hanya
memperoleh nilai rata-rata 61,42 atau 42% siswa tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata klasikal yang didapat
siswa belum memenuhi KKM yang telah direncanakan oleh peneliti yaitu sebesar 75%.
Dan untuk mencapai KKM tersebut perlu adanya tindak lanjut terhadap kegiatan
pembelajaran pada siklus II.
Pelaksanaan
Pembelajaran Siklus II
Rekapitulasi
Data penilaian hasil pada Siklus II dalam Menggunakan Metode Problem
Solving
Penilaian Hasil
|
Penilaian aktivitas siswa
|
Penilaian kerja kelompok
|
Nilai Hasil
|
||||
Pert 1
|
Pert 2
|
Pert 3
|
Pert 1
|
Pert 2
|
Pert 3
|
||
Rata-rata
|
68
|
69
|
78
|
74
|
79
|
87
|
89
|
Persentase
|
97
|
Pada tabel terlihat jelas peningkatan aktivitas siswa
dan kerja kelompok menggunakan metode problem
solving. Dari penilaian aktivitas siswa, pada pertemuan pertama memperoleh
nilai rata-rata klasikal 68, pertemuan kedua memperoleh nilai rata-rata
klasikal 69 dan pertemuan ketiga memperoleh nilai rata-rata klasikal 78. Dari
penilaian kerja kelompok, pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata
klasikal 74, pertemuan kedua memperoleh nilai rata-rata klasikal 79 dan
pertemuan ketiga memperoleh nilai rata-rata klasikal 87. Nilai hasil individu
yang diperoleh nilai rata-rata 89 atau 97% siswa tuntas dari jumlah seluruh
siswa. Data di atas
menunjukkan bahwa nilai individu pemahaman konsep
aktivitas ekonomi lebih meningkat dari siklus I yang hanya memperoleh nilai
rata-rata 69 atau 64% siswa tuntas. Hasil pembelajaran pada siklus II telah memenuhi KKM yang telah direncanakan oleh peneliti yaitu
sebesar 75. Dan penelitian berhenti pada siklus ini
Peningkatan Hasil
Belajar Individu Siswa Siklus I dan Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Keterangan
|
|||
Pra Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||
1.
|
Adi Tri Wahyudi
|
49
|
65
|
90
|
√
|
|
2.
|
Dwi Zulfa Nurisma
|
41
|
45
|
65
|
√
|
|
3.
|
Zudha Eko P
|
48
|
65
|
95
|
√
|
|
4.
|
Zepri
|
43
|
55
|
90
|
√
|
|
5.
|
Kharisma Intan P
|
46
|
65
|
100
|
√
|
|
6.
|
Ventcent Rico
|
41
|
60
|
85
|
√
|
|
7.
|
Anifatus Sholimah
|
63
|
60
|
85
|
√
|
|
8.
|
Asad Abiyyi
|
68
|
70
|
90
|
√
|
|
9.
|
Alandika Putra M
|
81
|
80
|
100
|
√
|
|
10.
|
Alfredo Rizky S
|
65
|
65
|
75
|
√
|
|
11.
|
Apin Surahmi
|
60
|
70
|
90
|
√
|
|
12.
|
Ciptian Rico P
|
76
|
85
|
95
|
√
|
|
13.
|
Devi ira Bayu Oktara
|
86
|
90
|
100
|
√
|
|
14.
|
Dina Mukti P
|
73
|
70
|
90
|
√
|
|
15.
|
Faris Sidik P
|
79
|
90
|
100
|
√
|
|
16.
|
Fauzizah K
|
53
|
75
|
90
|
√
|
|
17.
|
Fika Tri Wijayanto
|
60
|
75
|
90
|
√
|
|
18.
|
Jefri Bayu P
|
56
|
65
|
85
|
√
|
|
19.
|
Muhammad Z
|
77
|
90
|
100
|
√
|
|
20.
|
Muhammad L
|
74
|
75
|
100
|
√
|
|
21.
|
Nurhaq F
|
68
|
60
|
75
|
√
|
|
22.
|
Riris S
|
43
|
65
|
85
|
√
|
|
23.
|
Riska Febri L
|
58
|
55
|
75
|
√
|
|
24.
|
Rizanita Putri
|
70
|
75
|
100
|
√
|
|
25.
|
Defi Ratna Sari
|
45
|
75
|
100
|
√
|
|
26.
|
Sugeng Hariono
|
51
|
50
|
75
|
√
|
|
27.
|
Yakhsi Fandana
|
77
|
50
|
75
|
√
|
|
28.
|
Yuni Mualimatun
|
70
|
80
|
100
|
√
|
|
29.
|
Zidan Hadi I
|
68
|
60
|
85
|
√
|
|
30.
|
Ardianto
|
63
|
90
|
100
|
√
|
|
31.
|
Febian Leosis S
|
60
|
60
|
80
|
√
|
|
32.
|
Fredi Agus P
|
61
|
60
|
80
|
√
|
|
33.
|
Dimas Bayu P
|
58
|
80
|
100
|
√
|
|
Jumlah
|
2027
|
2275
|
2945
|
32
|
1
|
|
Rata-rata
|
61
|
69
|
89
|
|||
Persentase
|
42%
|
64%
|
97%
|
Temuan Penelitian
a.
Temuan
Penelitian Siklus 1
Penerapan metode problem solving belum berjalan sesuai
tahap-tahapnya. Siswa belum mampu bekerja kelompok secara maksimal karena siswa
jarang dibentuk kerja kelompok oleh guru, siswa belum mampu mengidentifikasi
dan membaca peta karena siswa kurang memahami penggunaan peta. Siswa belum bisa
menemukan masalah dan hanya bisa membaca permasalahan yang diberikan guru pada
LKK. Siswa belum bisa menyusun hipotesis pemecahan karena pemahaman siswa pada
materi sangat kurang.
b.
Temuan
Penelitian Siklus 2
Penerapan metode problem solving siswa sudah mulai mampu bekerja kelompok, sudah mulai mampu
menidentifikasi permasalahan sehingga menemukan masalah, siswa sudah mampu
memperoleh data, siswa mulai mampu menyusun hipotesis pemecahan walau belum
sempurna, dan siswa mulai mampu mengaplikasikan konsep.
c.
Temuan
Lengkap
Berdasarkan seluruh pelaksanaan
tindakan siklus 1 dan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
mata pelajaran IPS melalui metode problem
solving melibatkan siswa menemukan suatu
permasalahan, mencari solusi pemacahan dan memecahkan permasalahan
sehingga pemahaman konsep aktivitas ekonomi dapat meningkat. Hal ini dapat
dikatakan metode problem solving yang
dilaksanakan sudah berhasil.
PEMBAHASAN
Penerapan
Metode Problem Solving dalam
Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Kotes 01 Kabupaten Blitar.
Berdasarkan pada paparan data, dapat
disimpulkan bahwa IPS di kelas IV SDN Kotes 01 Kabupaten Blitar menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran di kelas siswa terlihat bosan dan tidak bersemangat.
Hal ini disebabkan beberapa alasan yaitu penggunaan metode ceramah oleh guru
kelas, guru hanya mengandalkan buku paket dan LKS dalam pembelajaran, guru
tidak memanfaatkan media pembelajaran dan hanya dipasang untuk pajangan, guru
tidak mengkondisikan siswa dalam kegiatan kelompok, siswa tidak diberi
kesempatan dalam menemukan konsep tetapi diberi konsep untuk dihafal oleh siswa
dan siswa cenderung hanya duduk, diam, mendengarkan, mencatat dan tidak ada
pertanyaan yang dapat menstimulus siswa dalam mengajukan pendapat sehingga siswa
merasa bosan dalam pembelajaran.
Hal tersebut diatas sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh (Suharjo,
2006). Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks. Pembelajaran tidak hanya
sekedar menyampaikan pesan kepada peserta didik, akan tetapi merupakan aktivitas
profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar
mengajar secara terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Hal ini nampak pada hasil belajar
individu pra tindakan dengan perolehan nilai rata-rata 61, 42 dengan persentase
ketuntasan belajar 14 atau 42% dari 33 siswa dalam kelas.
Sehingga perlu adanya suatu pembenahan
dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dirasa bisa membuat siswa lebih
bersemangat dalam pembelajaran adalah penggunaan metode problem solving. Sesuai tingkat kebutuhan siswa yaitu operasional kongkrit
adalah kebutukan menemukan pengetahuan baru melalui media sebenarya. Pemahaman kognitif dapat diperoleh siswa melalui
pengalaman melakukan kegiatan atau sering dikenal dengan learning by doing yaitu belajar dengan melakukan. Untuk mengarahkan
siswa melakukan pembelajaran dengan melakukan, salah satu caranya yaitu guru
memberikan suatu materi pembelajaran yang bersifat problematik yang menuntut
siswa untuk memecahan masalah.
Penerapan metode problem
solving memungkinkan siswa dalam mengidentifikasi masalah, memperoleh data,
menyusun hipotesis dan mengaplikasikan konsep. Peningkatan dapat dilihat dari
perolehan skor aktivitas siswa secara klasikal dan secara individu. Hal ini
sesuai dengan teori metode problem
solving menurut Oemar, (1980: 34) adalah suatu jenis cara belajar discovery dalam hal ini siswa, baik
secara individu maupun kelompok berusaha memecahkan masalah/problem yang nyata.
Pemecahan masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena dapat
memperoleh latar belakang yang lebih luas, dan dengan demikian lebih banyak
memunculkan ide hipotesa dan kritik.
Menurut peneliti metode pemecahan masalah (problem solving method) yaitu metode
yang dipakai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melatih siswa
menghadapi berbagai masalah nyata, melalui proses dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan. Sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan data, diperoleh
data penerapan metode problem solving
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengukur peningkatan hasil
belajar maka dilakukan penilaian siklus I yaitu dari penilaian aktivitas siswa,
pada pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata klasikal 57, pertemuan 2 memperoleh
nilai rata-rata klasikal 63 dan pertemuan 3 memperoleh nilai rata-rata klasikal
63. Dari penilaian kerja kelompok, pada pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata
klasikal 64, pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata klasikal 66 dan pertemuan 3
memperoleh nilai rata-rata klasikal 69. Nilai hasil individu yang diperoleh
nilai rata-rata 69 atau 64% siswa tuntas dari 33 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa meningkat dari pra tindakan yang hanya memperoleh nilai rata-rata
61,42 atau 42% siswa tuntas. Karena hasil belajar belum mencapai ketuntasan
yang direncanakan peneliti yaitu 75, maka dilanjutkan pada siklus II.
Meningkatnya hasil belajar dapat
ditandai dengan perubahan tingkah laku dan kemampuan pada siswa. Peningkatan
tingkah laku dialami oleh siswa dengan adanya perubahan mulai dari pra tindakan
yang tidak pernah melakukan kerja kelompok, siklus I peneliti membiasakan siswa
dalam kerja kelompok dan memanfaatkan media. Pada siklus II siswa sudah mampu
melakukan kerja kelompok dengan memanfaatkan media.
Perubahan kemampuan siswa ditandai
dengan peningkatan hasil belajar seperti yang telah dibahas diparagraf sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana
(1989: 22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar
tersebut dapat diperoleh di sekolah, rumah, dan masyarakat sekitar. Hasil
belajar yang dibentuk diharapkan menjadi perubahan tingkah laku kearah yang
lebih baik. Dengan demikian membuktikan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar
secara klasikal.
Peningkatan
Hasil Belajar IPS Melalui Metode Problem
Solving Pada Siswa Kelas IV SDN Kotes 01 Kabupaten Blitar.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
siswa. Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Sapriya (2009: 12) menjelaskan bahwa pendidikan IPS di
tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik
sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowlwdge), keterampilan (skill),
sikap dan nilai (attitudes and values)
yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau
masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.
Sehingga jika hasil belajar siswa
meningkat, maka dapat disimpulkan metode
pembelajaran yang dilakukan sudah baik. Hal ini telah
sesuai dengan hasil kerja kelompok, nilai aktivitas siswa pada setiap pertemuan
dan tes evaluasi pada setiap siklus. Hasil belajar pada pra tindakan dari 33
siswa yaitu 14 siswa (42%) siswa tuntas belajar. Pada siklus I yaitu 21 siswa
(64%) dinyatakan tuntas belajar dan 12 siswa (36%) belum tuntas belajar. Dari
pra tindakan ke siklus I telah terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar
22%.
Pada
pelaksanaan pembelajaran siklus II guru telah melakukan beberapa perbaikan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang nampak pada siklus I. Hasil belajar
pada siklus II adalah 32 siswa (97%) yang tuntas belajar dan 1 siswa (3%) yang
belum tuntas belajar, dari siklus I ke siklus II telah terjadi peningkatan
ketuntasan belajar sebesar 33%. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode
problem solving dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SDN Kotes 01. Hal ini ditandai dengan perubahan
aktivitas dan kemampuan siswa dalam bekerja sama untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Berdasarkan
pembahasan hasil belajar diatas sesuai dengan pendapat Sudjana (1989: 22) menjelaskan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh di sekolah,
rumah, dan masyarakat sekitar. Hasil belajar yang dibentuk diharapkan menjadi
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penerapan
metode problem solving dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Aktifitas siswa dari pertemuan 1 siklus I ke pertemuan
2 siklus I meningkat dari 57 menjadi 62,8, Hal ini terjadi peningkatan sebesar 5,87.
Dari pertemuan 2 siklus I ke pertemuan 3 siklus I meningkat dari 62,8 menjadi
62,9. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 0,1. Dari pertemuan 3 siklus I ke
pertemuan 1 Siklus II meningkat dari
62,9 menjadi 68. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 5,1. Dari pertemuan 1 siklus II ke
pertemuan 2 siklus II meningkat dari 68 menjadi 69. Hal ini terjadi peningkatan
sebesar 1. Dari pertemuan 2 siklus II ke pertemuan 3 siklus II meningkat dari
69 menjadi 78. Hal ini meningkat sebesar 9. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan aktivitas belajar secara kontinyu.
2. Peningkatan
hasil belajar siswa SDN Kotes 01Kabupaten Blitar pada materi aktivitas ekonomi
pada tahap pra tindakan masih sangat rendah dan belum mencapai ketuntasan hasil
belajar. Karena hanya 42% siswa yang mampu mencapai batas standar KKM, yaitu
65. Hal ini disebabkan oleh cara mengajar guru kelas yang bersifat klasikal dan
tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk
belajar. Dengan keadaan seperti ini nilai siswa menjadi rendah. Pada hasil
belajar dari siklus I ke siklus II meningkat dari 64% menjadi 97%, hal ini
menunjukkan peningkatan hasil belajar secara klasikal sebesar 33%. Dengan
demikian metode pembelajaran problem
solving mampu meningkatkan hasil belajar aktivitas ekonomi pada siswa kelas
IV SDN Turi 01 Kota Blitar.
Saran
Berdasarkan
uraian dan simpulan tentang hasil penelitian melalui metode problem solving, maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Dalam
melaksanakan pembelajaran hendaknya guru menggunakan media pembelajaran untuk
membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan bermakna bagi siswa.
2. Dalam
pembelajaran hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran inovatif sehingga
pembelajaran lebih bervariasai dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran.
3. Berdasarkan
hasil penelitian, hendaknya siswa lebih berani mengungkapkan ide, pendapat dan
solusi pemecahan masalah tanpa takut salah dengan persepsinya.
4. Hendaknya
siswa dapat bekerjasama dalam kelompok, sehingga pekerjaan lebih merata.
Akbar,
Sa’dun, dkk. 2009. Prosedur Penyusunan
Laporan dan Artikel. Yogyakarta: Cipta Media Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fathurrohman,
Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2009. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung:
Refika Aditama.
Oemar, Moh. 1980. Enquiry
Discovery Problem Solving Dalam Pengajaran IPS. Jakarta: Depdiknas
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV alfabeta
Sapriya.
2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sudjana,
Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda karya
Suharjo.
2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
win bagus Jurnalmu...ajari buat blog,,ku udah buat tp ga tau gmn seterusnya,,pingin punya blog yg bermanfaat hehe...
BalasHapusax ambil tesis ini win,,hehe tentang problem solving...
iya elzshe makasih ya... tar tak ajarin.. ak juga masih belajar ok...
BalasHapusthesisku juga pake problem solving lg,, lanjutan dari skripsiku dulu ini... :)
Mantaaaap.... nnti ajarin aku yah cara bkn PTK tuh kayak apa, soalnya aku org kuant, msh bingung sama PTK... Blog kamu bgus, tp lebih bgus lg di bikin log yg bisa kyak blog2 lain ada pengamannya, biar ga di mudah di copy paste sama org lain, khan syg juga:)....but, ove all, so good fren:).... maju terus pantang mundur:)
BalasHapushe,, terima kasih banyak ya atas sarannya... iya saya interest dengan PTK soalnya mulai dari skripsi saya ini dan thesis yang akan saya kerjakan,,
BalasHapusAda ngga jurnal dalam bentuk bhs inggris
BalasHapus